Kamis, 05 Agustus 2010

Nama atau Tetenger

Nama  orang, jeneng, aran, atau tetenger  merupakan sebutan  terhadap pribadi seseorang. Pada umumnya  nama ini diberikan kepada seorang anak  oleh orang tuanya. Namun demikian, kadang-kadang, pada keadaan tertentu, nama itu diberikan oleh bukan orang tuanya, misalnya diberikan oleh ulama, pemuka masyarakat, atau anggota keluarga lain yang dipertuakan atau dihormati di lingkungannya.

          Di lingkungan  sebagian masyarakat Jawa, biasanya pemberian nama itu dilakukan bersamaan dengan upacara sepasaran, yaitu selamatan pada hari ke lima setelah kelahiran.  Sebagian masyarakat Jawa yang menganut agama Islam ada yang memberikan nama itu  sejak lahir, dan diumumkan kepada tetangga, dan sanak saudara setelah tujuh hari bersamaan dengan upacara hakikah (kekahan).

Seiring  kemajuan teknologi  di bidang peralatan medis, dengan menggunakan ultra sonografi (USG), jenis kelamin bayi sudah dapat dilihat pada saat bayi masih berada di dalam kandungan.Dengan demikian, banyak orang tua yang sudah mempersiapkan nama anaknya sebelum anak itu lahir.

          Sebagian masyarakat Jawa, di samping nama yang disandang sejak kecil (nama kecil/ nama alit), dikenal pula nama tua (nama sepuh), yang biasanya diberikan oleh orang tuanya setelah yang bersangkutan menikah.

          Bagi  Abdi Dalem Keraton, di samping nama kecil dan nama tua, juga menyandang nama yang diberikan oleh Raja (peparing dalem) berkaitan dengan pangkat/jabatan/kedudukan/ tugas yang diembannya.

          Ada sementara orang yang berpendapat bahwa nama itu sekedar sebutan. Orang yang berpendapat seperti ini sering menyatakan "Apalah artinya sebuah nama".  Tetapi ada pula yang berpendapat bahwa nama itu mempengaruhi kehidupan masa depan seseorang.

          Terlepas dari kedua pendapat tersebut, yang perlu diingat, dan dijadikan bahan pertimbangan di dalam pemberian nama adalah bahwa nama itu melekat pada seseorang, sehingga jangan sampai kelak di kemudian hari orang yang menyandang nama itu malu menggunakan nama yang telah disandangnya. Nama itu cerminan  kesan, harapan, atau doa dari seseorang kepada orang yang diberi nama.  

Makna Sebuah Nama

Berdasarkan arti/ maknanya, nama dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1.  Sebagai Tanda Peringatan

Nama ini sekedar menjadi tanda peringatan hari lahir, atau kejadian lain. Nama dari golongan ini tidak memiliki makna harapan atau doa (netral). Contoh:

-          Surajimah  merupakan singkatan dari Sura, Siji, Jemuah, artinya anak itu lahir pada hari Jum'at (Jemuah), tanggal satu bulan Sura (Muharam).

-          Saparbe artinya anak itu lahir pada bulan Sapar tahun Be.

-          Sarbakdiyam,  merupakan singkatan dari Besar, Bakda siyam, artinya anak itu lahir setelah siyam bulan besar yaitu setelah siyam sunah bulan besar atau setelah tanggal 9 Besar. Jadi anak itu lahir pada tanggal 10  bulan Besar.

-          Ramelan, artinya anak itu lahir pada bulan Ramelan atau bulan Romadlon (bulan Puasa).

-          Merdekawati, artinya anak itu lahir bertepatan dengan Proklamasi kemerdekaan, atau bertepatan dengan tanggal 17 Agustus.

-          Prahara, artinya anak itu lahir pada saat terjadi prahara/kerusuhan/pemberontakan.

-          Prihatin, artinya lahir pada saat kedua orang tuanya sedang prihatin.

-          Eko Riyadi,  terdiri dari Eko (Eka satu), Riyadi (hari raya Idul Fitri), artinya anak itu merupakan anak pertama yang lahir pada tanggal 1 Syawal (Idul Fitri).

-          Dwi Ramdani, terdiri atas Dwi (dua), Ramdani (bulan Ramadlon), artinya anak itu merupakan anak kedua yang lahir pada bulan Puasa.

2.  Sebagai Turunan dari Nama Orang Tuanya

     Nama ini merupakan turunan atau modifikasi dari  nama orang tuanya. Nama ini kadang-kadang mempunyai makna harapan atau doa, tetapi kadang-kadang hanya sekedar singkatan. Menurut istilah orang Jawa sering disebut Nunggak Semi. Contoh :

-          Dalimin, merupakan singkatan dari Daliyem (nama ibunya) dan Paimin (nama bapaknya).

-          Tukijo, merupakan singkatan dari Tukinem (nama ibunya) dan Sukarjo (nama bapaknya).

-          Ratnasih, merupakan singkatan dari Suratna (nama bapaknya) dan Sumarsih (nama ibunya). Nama ini merupakan singkatan, tetapi memiliki makna Ratna (perempuan, intan, permata,, sari, utama) dan sih (kasih, cinta, kekasih, harum), sehingga dapat ditafsirkan sebagai perempuan yang harum namanya, termashur, atau sebagai manusia kekasih yang utama.

-          Mulyadi, merupakan modifikasi dari Mulyana (nama bapaknya).

-          Martana (kehidupan), merupakan modifikasi dari Martadi (hidup yang baik/ nama bapaknya).

3. Sebagai Ungkapan Harapan atau Doa

     Nama ini merupakan ungkapan harapan (kekudangan), doa, atau cita-cita orang tua kepada anaknya. Contoh:

-          Rahayu, artinya selamat, baik.  Nama ini merupakan doa atau harapan orang tuanya agar anak tersebut selamat dan baik.

-          Slamet, artinya selamat.

-          Jaka Waskita, artinya anak laki-laki yang pandai, cermat, dan waspada. Nama ini merupakan harapan dan doa orang tua agar anaknya kelak menjadi orang yang pandai, cermat, dan waspada.

-          Mulyarta, terdiri atas kata Mulya (mulia) dan Arta (uang/harta/kekayaan). Nama ini merupakan doa atau harapan orang tuanya agar kelak di kemudian hari anak itu hidup mulia, menjadi orang yang terhormat/terpandang, dan kaya raya.

-          Harimurti, artinya  sinar matahari atau gelar dari Prabu Bathara Kresna. Nama tersebut diberikan oleh orang tuanya agar anaknya di kemudian hari dapat menerangi kehidupan seperti Prabu Bathara Kresna yang bijaksana serta mampu menjadi pelindung serta pembela  kebenaran/perilaku utama.

-          Suharja, terdiri atas Su (bagus, sangat, lebih) dan Harja (bagus, indah, mulia, jernih). Nama ini mengandung harapan agar anak tersebut di kemudian hari menjadi orang yang sangat bagus atau cemerlang di segala bidang.

-          Raditya, artinya matahari. Nama ini mengandung harapan agar kelak di kemudian hari anak tersebut  menjadi orang mulia, orang besar yang berguna sehingga mampu menjadi penerangan bagi sesama manusia.

-          Pradipta Arya Wismaya,  terdiri atas Pradipta (cahaya), arya (baik/besar), Wismaya (waspada). Nama tersebut diberikan kepada seorang anak, dengan harapan agar anak tersebut kelak di kemudian hari anak tersebut seperti cahaya yang baik serta waspada.

-          Daniswara (kaya dan mulia). Nama ini diberikan kepada seorang anak, dengan harapan atau doa agar kelak di kemudian hari anak itu menjadi orang kaya raya dan mulia.

-          Harjanti (unggul). Nama ini diberikan kepada seorang anak, dengan harapan.agar anak tersebut di kemudian hari menjadi orang yang unggul di segala bidang.

Pemberian Nama Kepada Anak

          Seperti halnya bangsa-bangsa timur lainnya (Arab, Cina, dsb.) sebagian besar masyarakat Jawa memberikan nama kepada anaknya dengan berbagai macam perhitungan serta makna-makna yang baik.  Di samping merupakan  pencerminan harapan atau doa, nama yang diberikan kepada seseorang juga sangat bergantung pada tingkat kemampuan fikir atau latar belakang kehidupan  orang yang memberikan nama itu.

          Pada  saat ini, banyak orang yang merasa malu dengan nama yang diberikan oleh orang tuanya.  Di kota-kota besar, banyak orang  berganti nama, misalnya Paikem menjadi Ike; Suminem menjadi Sumini; Tukijo menjadi Ukky Jauhary; Dalijo menjadi Dally Joseph, dsb., walaupun nama-nama Ukky, Dally, Ike itu sendiri tidak jelas arti/maknanya.

          Kadang-kadang, tanpa berfikir jauh, ada orang yang berpendapat bahwa orang yang mengganti namanya sendiri itu dianggap sebagai anak yang durhaka karena mengubah nama pemberian orang tuanya. Padahal jika diperhatikan, kadang-kadang ada orang tua yang memang memberikan nama kepada anaknya terkesan asal-asalan, sehingga di kemudian hari anak itu merasa tidak enak atau malu menyandang namanya itu, misalnya: Ratman Lentho (Lentho adalah makanan dari kacang dan kelapa yang dicetak dengan kepalan tangan, kemudian digoreng), Jimin Gudel (gudel adalah anak kerbau), Dalimin (dari bahasa Arab dlolimin artinya orang yang kejam, berlaku aniaya ); Musrikin  dari bahasa Arab musyrikin yang artinya orang yang menyekutukan Allah), Jaka Duratmaka (Pemuda Pencuri). Kemungkinan besar kekeliruan itu terjadi karena keterbatasan pengetahuan orang tua yang memang tidak disadari.

          Nabi Muhammad S.A.W., pernah bersabda bahwa salah satu kewajiban orang tua adalah memberikan nama yang baik kepada anaknya. Karena nama itu merupakan cerminan kesan, harapan atau doa, dan dipakai seseorang sepanjang hidupnya bahkan akan dikenang orang setelah yang bersangkutan meninggal, maka sebaiknya nama itu memiliki makna yang baik, atau sekurang-kurangnya tidak membuat yang menyandangnya malu di kemudian hari.

Nama dapat terdiri atas satu kata atau lebih. Kata-kata tersebut dapat berupa kata dasar atau kata bentukan, yang dapat berupa: tanda peringatan waktu, bilangan, atau kejadian. Atau turunan atau modifikasi  dari nama orang tuanya. Atau kesan, harapan atau doa yang baik. Atau dapat pula merupakan gabungan. Contoh:

-          Tri Wahyu Utomo, terdiri atas kata Tri (tiga), Wahyu (anugerah Tuhan), Utama (baik, unggul). Nama tersebut merupakan  peringatan bilangan (anak ke tiga), disertai harapan atau doa bahwa anak tersebut merupakan anugerah Tuhan yang mudah-mudahan di kemudian hari dapat menjadi orang yang baik dan unggul di berbagai bidang.

-          Dwi Wahyu Sardana, terdiri atas kata Dwi (dua), Wahyu (anugerah Tuhan), Sardana (kaya). Nama tersebut merupakan gabungan antara peringatan bilangan (anak ke dua) dengan harapan atau doa agar anak yang merupakan anugerah Tuhan tersebut di kemudian hari menjadi orang yang kaya.

-          Anindita, artinya tanpa cacat, unggul.  Nama yang hanya terdiri atas satu kata ini mengandung harapan atau doa agar anak tersebut sempurna dan unggul di berbagai bidang.

Kata-kata pembentuk nama Jawa biasanya diambil dari bahasa Jawa Kuna atau Jawa baru.  Di bawah ini adalah beberapa kata dalam bahasa Jawa yang sering digunakan di dalam pembentukan nama.

Penunjuk Bilangan

Kata Jawa

Arti Indonesia

Kata Jawa

Arti Indonesia

Eka

Dwi

Tri

Catur

Panca

Satu

Dua

Tiga

Empat

Lima

Sad

Sapta

Hasta

Nawa

Dasa

Enam

Tujuh

Delapan

Sembilan

Sepuluh

Kata-Kata Lain

Kata Jawa

Arti Indonesia

Kata Jawa

Arti Indonesia

Abyasa

Adi

Aditya

Agung

Aji

Ambar

Anindita

Asri

Bagus

Bagya

Bambang

Barata

Baskara

Baswara

Cahya

Cakra

Cipta

Citra

Daniswara

Danu

Danuja

Danumaya

Danurdara

Dewi

Dipa

Dirja

Hardana

Harimurti

Harjanti

Harjasa

Harjaya

Harsana

Harsaya

Hartaka

Hartana

Hartati

Her

Heru

Himawan

Iswara

Jaka

Jati

Jaya

Karja

Karma

Karna, Karni

Karsa

Karsana

Karta

Karti

Kartika

Kasiran

Kasusra

Kesawa

Kuncara

Kunthara

Kusuma

Laksana

Laksita

Laksmi

Lestari

Marsudi

Marta

Martaka

Martana

Martani

Martyani

Marwata

Mursita

Murti

Mustika

Naradi

Nindya

Nindita

Nugraha

Padma

Padmana

Praba

Prabaswara

Prabawa

Pradipta

Prakosa

Prama

Pramana

Pramatya

Pramudita

Pramusita

Pranata

Pranawa

Pradana

Pradapa

Purnama

Purwa

Purwaka

Puspa

Puspita

Pandai

Lebih, Bagus, Baik, Ayu

Matahari

Agung, besar

Raja

Wangi

Sempurna, unggul

Indah

Bagus, indah

Bahagia, senang

Pemuda

Perjalanan hidup

Matahari

Terang, gemerlap

Cahaya

Roda, Cipta

Kalbu, Cipta

Warna

Kaya, mulia

Cahaya

Ksatriya utama

Gemerlap

Kaya ilmu

Dewa perempuan

Raja, cahaya, terang

Sangat selamat

Harta, uang

Sinar matahari

Unggul

Indah, asri

Selamat

Gembira

Gembira

Harta, uang

Harta, uang

Manis, sangat

Air

Mahkota,mustika

Gunung

Fatwa luhur, Raja

Pria perjaka

Jujur, benar

Unggul, kuat

Membuat

Cipa, tata basa

Telinga

Mau, kemauan

Gembira

Selamat, tenteram, trampil

Pekerjaan

Bintang

Kegembiraan

Terkenal

Gelar Bathara Wisnu

Terkenal

Nama windu ke dua, perbuatan

Bunga

Lewat

Perjalanan

Asri, cantik, mustika

Langgeng, lestari, istiqomah

Berusaha

Air, hidup, tata, jernih, ajar

Sempurna

Kehidupan

Menghidupi, mendidik

Berbuat baik

Memuat

Mencipta, berkata

Unggul, sangat

Mustika

Orang yang unggul

Lebih

Unggul, lebih

Anugerah

Bunga

Hati yang berkembang

Cahaya, terang

Cahaya, terang

Pengaruh, kesaktian

Terang, cahaya

Sentosa

Lebih, unggul, suci

Waspada

Bersinar, melebihi

Pandai, orang luhur

Kelapangan hati

Penata, penyembah

Hati yang Terang

Ganjaran, kekayaan

Bersemi

Terang

Permulaan

Permulaan

Bunga

Bunga

Raditya

Raharja

Rahayu

Ramya

Raras

Ratna

Ratih

Rawi

Reja

Reksa

Resmi

Respati

Rukmi

Sadali

Sadana

Sadara

Sadarpa

Sambada

Samita

Sampurna

Sarwa

Sasanti

Sasmaka

Sasmaya

Sasangka

Sasri

Satmaka

Satriya

Satya

Sidyana

Sitaresmi

Sri

Su

Subadya

Subagya

Suci

Suciatma

Sudana

Sudarga

Sudarma

Sudarman

Sudarpa

Sudarsa

Sudarsana

Sudira

Sudibya

Suganda

Sujana

Sujita

Sukarja

Sulaksana

Sulanjari

Surastri

Surya

Susila

Susmana

Sutapa

Suteja

Sutikna

Suyati

Tanaya

Tarasari

Tari

Titi

Tiyasa

Tranggana

Tresna

Tunjung

Turasih

Tyas

Wahana

Waluya

Warih

Wardaya

Warti

Warsita

Wasista

Wasita

Waskita

Waspada

Wastuti

Wasundari

Widagda

Widada

Wignya

Wicaksana

Widya

Wijaya

Widyastuti

Wijayanti

Wikrama

Windriya

Wirya

Widayat

Yudayana

Yuwana

Matahari

Selamat

Selamat, baik

Asri, Cantik

Asri, Indah, Cantik

Perempuan, intan, permata, sari

Nama bidadari

Matahari

Ramai, baik, Bagus

Menjaga

Asri, indah, hiasan

Gagah, pantas, Kamis

Emas

Bintang

Harta, sandang

Sopan santun

Asri

Lebih, Pantas, handal

Bintang

Sempurna

Lengkap, sarwa

Pujian

Permata

Bagus, indah, suci

Rembulan

Asri

Hidup

Keturunan Raja

Setia, benar

Adil

Rembulan

Pantas, asri, cantik

Sangat, unggul, baik

Sentosa, kokoh, handal

Keberuntungan, terkenal

Suci

Jiwa suci

Kaya

Tulus

Sangat bagus

Kebaikan

Sangat asri

Teladan, kemauan tulus

Teladan

Pemberani

Unggul/sakti

Bau harum

Orang pandai

Keturunan orang sakti

Sangat Bergembira

Sangat selamat

Cerdas

Bidadari

Matahari

Sangat baik

Awas

Pendeta

Cahaya

Tajam

Pandita

Anak

Bunga bersusun

Bintang

Jujur, Benar, lebih

Lebih

Bintang

Asih, Cinta

Bunga Teratai

Welas asih

Kalbu

Kendaraan, keterangan

Sembuh, pulih

Air

Hati, Kalbu

Tutur

Pelajaran

Bijaksana

Fatwa

Waspada

Terlihat, waspada

Penyembahan

Air jernih

Cerdas

Selamat

Pandai

Bijaksana

Bakti, benar

Unggul, menang

Darma Bakti

Sangat unggul, kuat

Lebih, sakti

Mulia

Mulia, luhur

Pertolongan Allah

Panglima Perang

Tulus

4.      Pertimbangan Spiritual

          Di dalam masyarakat Jawa, sering dijumpai istilah Kabotan Jeneng (Keberatan nama). Menurut pendapat sebagian masyarakat terutama kalangan pemerhati masalah spiritual, orang yang kabotan jeneng itu biasanya akan mendapatkan ujian, cobaan, atau godaan di dalam hidupnya. Bahkan ada yang mengatakan terkena sangkal/sengkala (rintangan hidup) akibat kekuatan spiritual nama yang disandangnya itu.  Jika seseorang tidak kuat menyandang sebuah nama, orang itu dikatakan memiliki nama yang tidak cocok atau terlalu berat (kabotan jeneng). Oleh karena itu kadang-kadang ada orang yang sering sakit-sakitan atau hidupnya selalu sengsara, setelah diganti namanya terus menjadi sehat walafiat atau terlepas dari kesengsaraan.

          Berdasarkan nilai atau bobot makna spiritualnya, nama Jawa dapat digolongkan menjadi empat tingkatan yaitu, ringan, sedang, berat, dan sangat berat.

Nama Ringan

Nama  ini memiliki bobot spiritual ringan. Contoh:  Prawira, Reja, Diharja, Harja, Paimin, Paijo, Sukardi.

Nama Sedang

Nama ini memiliki bobot spiritual sedang. Contoh: Sura, Jaya, Dijaya, Yuda, Sastra, Wardaya, Suma, Danu, Mangun, sudira, Wira, Puspita, Sasmita, Wasita, Warsita, Wirya, Taruna, Krama, Yasa, Purwa.

Nama Berat

Nama ini memiliki bobot berat. Nama ini merupakan nama yang memuat kata-kata: Darma, Sudarma, Cakra, Brata, Subrata, Dibrata, Surya, Candra.

           Nama ini mengandung risiko, karena di dalamnya terkandung makna spiritual atau tuah yang menuntut penyandangnya harus mampu menghadapi tantangan hidup serta mampu mengemban amanat yang terkandung di dalam kata-kata tersebut. Sebagian masyarakat Jawa mengatakan bahwa yang mampu menyandang nama ini adalah orang yang siap melakukan olah cipta, rasa, dan karsa, serta mampu melakukan tapa brata.

Nama Sangat Berat

Nama ini memiliki bobot yang sangat berat. Nama ini merupakan nama yang memuat kata-kata: Nata, Pranata, Dinata, Winata, Jaga, Praja, Mangku, Sujana, Sarjana.

          Nilai spiritual dari makna nama tersebut lebih berat dari pada nama yang berbobot berat. Menurut sebagian masyarakat Jawa, orang yang mampu menyandang nama ini adalah orang-orang yang  siap melakukan olah rasa, cipta, dan karsa, serta mampu melakukan tapa brata dan memiliki jiwa suci serta  kasih sayang kepada sesama.

SEKILAS TENTANG PEMBERIAN NAMA JAWA

Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, maka  sebagian  masyarakat Jawa menganjurkan agar di dalam membuat nama menghindari penggunaan unsur nama berbobot berat dan atau sangat berat sebagaimana tersebut diatas.

          Pendapat tersebut di atas kadang-kadang dianggap diskriminatif. Mungkin memang sepintas demikian, akan tetapi jika kita memperhatikan serta memahami makna kata-kata itu, kemungkinan besar kita akan dapat memaklumi betapa berat tuntutan moral yang disandang oleh seseorang yang pada kenyataannya berbeda jauh antara nama dengan realita.

          Contoh: Orang menyandang nama Darma Pranata. Darma (Kewajiban, keutamaan, perbuatan mulia, fatwa,  pranata kesusilaan, hukum, kesucian) berarti suatu perbuatan yang mengandung nilai luhur, dilandasi kesucian, etika, keluhuran budi, serta pengabdian yang tulus.  Pranata (tunduk, peribadatan, sembah, penata, pengatur) berarti Penata atau pengatur yang tulus ikhlas di dalam semua tindak tanduknya. Nama itu sangat ideal, tetapi memerlukan pengorbanan yang tinggi. Apalah artinya jika suatu doa itu malah akan memberatkan orang yang didoakannya. Lebih-lebih jika ternyata orang itu setelah dewasa malah sewenang-wenang, kejam, atau malah sering melakukan tindakan yang nista.

          Orang menyandang  nama Bagus Sulistya.  Bagus artinya bagus, Sulistya (sangat bagus),  tetapi kenyataannya orang itu tidak tampan (jelek), hal ini malah akan membuat si penyandang nama itu  merasa malu.  Oleh karena itu sebaiknya di dalam memberikan nama juga melihat secara jujur bentuk fisik seseorang.

          Di dalam sebuah hadist, Nabi Muhammad S.A.W. melarang umatnya menggunakan nama Abu Qasim (Bapak Pembagi-bagi). Padahal nama ini adalah gelar Beliau. Hal ini bukan berarti beliau tidak mau disamai oleh umat/pengikutnya, tetapi beliau sadar bahwa tidak semua orang mampu menjadi Abu Qosim (orang yang bersedia membagikan atau memberikan hartanya walaupun tinggal satu, dan setelah diberikan dirinya tidak memiliki lagi).

          Terlepas dari  pandangan spiritual ini, semuanya terpulang kembali kepada Allah S.W.T., Tuhan Sang Pencipta Alam, Tuhan Yang Maha Kuasa, Tuhan Yang Maha Bijaksana. Manusia wajib mempunyai harapan, doa serta kesungguhan berusaha yang merupakan  perwujudan dari cita-cita, tetapi kepada-Nya lah terpulang semuanya

Tidak ada komentar: